Jumat, 18 Desember 2009

Outline Kerangka karangan.

soal :

1. Jelaskan pengertian kerangka karangan/outline ?

2. Jelaskan manfaat outline ?

3. Jelaskan langkah-langkah menyusun outline ?

4. Sebutkan macam-macam outline ?

jawab :

1. Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang memuat garis- garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur dan teratur.

2. Manfaat outline/kerangka karangan :

a. Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.

b. Untuk menyusun karangan secara teratur.

Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.

c. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.

Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.

d. Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih.

Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.

e. Memudahkan penulis mencari materi pembantu.

Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.

Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembacaakan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.

3. Langkah-langkah menyusun outline :

a. Langkah pertama adalah merumuskan tema yang jelas berdasarkan suatu topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu kerangka karangan haruslah berbentuk tesis atau pengungkaan maksud.

b. Langkah kedua adalah mengadakan inventarisasi atau mengumpulkan topik-topik bawahan yang dianggap merupakan rincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi. Dalam hal ini penulis boleh mencatat sebanyak-banyaknya topik-topik yang terlintas dalam pikirannya, dengan tidak perlu langsung mengadakan evaluasi terhadap topik-topik tadi.

c. Langkah ketiga adalah mengadakan evaluasi semua topik bawahan yang telah tercatat pada langkah kedua di atas. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:

Pertama: apakah semua topik yang tercatat mempunyai relevansi atau pertalian langsung dengan tesis atau pengungkapan maksud. Bila ternyata sama sekali tidak ada hubungan maka topik tersebut dicoret dari daftar di atas

Kedua: Semua topik yang masih dipertahankan kemudian dievaluasi lebh lanjut. Bila ada dua topik atau lebih yang hampir sama, maka harus dibuat perumusan baru yang mencakup semua topik tadi.

Ketiga: Evaluasi lebih lanjut ditujukan kepada persoalan, apakah semua topik sama derajatnya, atau ada topik yang sebenarnya merupakan bawahan atau rincian dari topik lain. Bila ada masukkanlah topik bawahan itu ke dalam topik yang dianggap lebih tinggi kedudukannya.

Keempat: Ada kemungkinan bahwa ada dua topik atau lebih yang kedudukannya sederajat, tapi lebih rendah dari topik yang lain. Bila terdapat hal yang demikian, maka usahakanlah untuk mencari satu topik yang lebih tinggi yang akan membawahi topik-topik tadi.

d. Untuk mendapatkan sebuah kerangka karangan yang sangat rinci maka langkah kedua dan ketiga dikerjakan berulang-ulang untuk menyusun topik-topik yang lebih rendah tingkatannya.

e. Sesudah semuanya siap masih harus dilakukan langkah yang terakhir, yaitu menentukan sebuah pola susunan yang paling sesuai untuk mengurutkan semua rincian dari tesis atau pengungkapan maksud sebagai yang telah diperoleh dengan mempergunakan semua langkah di atas. Dengan pola susunan tersebut semua rincian akan disusun kembali sehingga akan diperoleh sebuah kerangka karangan yang baik.

4. Macam-macam outline :

A. Berdasar Sifat Rinciannya:

1. Kerangka karangan Sementara / Non-formal:

cukup terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:

a) topiknya tidak kompleks

b) akan segera digarap

2. Kerangka karangan formal:

terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:

a) topiknya sangat kompleks

b) topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap

Cara kerjanya:

Rumuskan tema berupa tesis , kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut kerangka karangan formal.

Agar tingkatan-tingkatan jelas hubungannya, dipergunakan simbol-simbol dan tipografi yang konsisten bagi tingkat yang sederajat.

Simbol-simbol berupa:

Topik tingkat 1: angka Romawi I, II, dan seterusnya

Topik tingkat 2: huruf kapital A, B, dan seterusnya

Topik tingkat 3: angka Arab 1, 2, dan seterusnya

Topik tingkat 4: huruf kecil a, b, dan seterusnya

Topik tingkat 5: angka Arab dalam kurung (1), (2) , dan seterusnya

Topik tingkat 6: huruf kecil dalam kurung (a), (b), dan seterusnya

Simbol-simbol harus ditempatkan sedemikan rupa sehingga mudah terlihat.

Letak tipografinya sbb.:

I. …………

A. ……..

1. ………

a. ……..

(1) ……….

a. ………..

Semakin penting atau semakin tinggi sebuah unit, semakin ke kiri tempatnya.

Semakin kurang penting atau semakin rendah unitnya, semakin ke kanan tempatnya.

Dapat pula disusun sbb :

Topik tingkat 1: angka Arab 1. (dengan titik)

Topik tingkat 2: Angka Arab 1.1 (tanpa titik)

Topik tingkat 3: angka Arab 1.1.1 (tanpa titik)

Topik tingkat 4: angka Arab 1.1.1.1 (tanpa titik)

Topik tingkat 5: angka Arab 1.1.1.1.1. (tanpa titik)

Topik tingkat 6: angka Arab 1.1.1.1.1.1 (tanpa titik)

B. Berdasar perumusan teksnya:

1. Kerangka kalimat

Contoh :

I. MASALAH KEMISKINAN DI INDONESIA SUDAH TERJADI SEJAK JAMAN

PENJAJAHAN BELANDA

A. Tanah Adat Dijadikan Perkebunan

B. Pemilik Tanah Menjadi Kuli Perkebunan

II. MASALAH KEMISKINAN YANG TERJADI PADA JAMAN REPUBLIK

INDONESIA

A. Sistem Pewarisan di Indonesia Menimbulkan Pemiskinan

1. Tanah yang diwariskan semakin menyempit

2. Penduduk desa mencari kerja di kota

B. Tanah-tanah di Pedesaan Diborong Penduduk Kota

2. Kerangka topik

I. KEMISKINAN DI JAMAN PENJAJAHAN

A. Tanah Adat

B. Kuli Perkebunan

II. KEMISKINAN DI JAMAN REPUBLIK INDONESIA

A. Sistem Pewarisan

1. Proses Involusi

2. urbanisasi

B. Pengalihan kepemilikan tanah

3. Gabungan antara kerangka Kalimat dan kerangka topik.